PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah
hak asasi setiap manusia yang bekerja, karena setiap aktivitas industri selalu
mengandung bahaya dan risiko keselamatan dan kesehatan. Bahkan United Nations
Declaration of Human Rights, yang dirumuskan pada tahun 1948 di Helzinki,
menyebutkan bahwa setiap orang mempunyai hak asasi untuk bekerja, bebas memilih
jenis pekerjaan dan mendapatkan kondisi pekerjaan yang adil dan membuatnya
sejahtera. Menurut WHO, sebagai Organisasi Kesehatan Dunia, 45% penduduk dunia
dan 58% penduduk yang berusia di atas sepuluh tahun tergolong tenaga kerja.
Diestimasikan sebesar 35% sampai 50% dari jumlah tenaga kerja di atas telah
terbiasa terpajan dengan bahaya fisik, kimia, biologi dan juga bekerja dalam
beban fisik dan ergonomi yang melebihi kapasitasnya serta bebas psikososial
yang menimbulkan stress. Hazard (bahaya) yang ditimbulkan dalam proses produksi
di sebuah industri dapat bersifat fisik, kimia, biologi, mekanik, elektrik,
psikologi, dan ergonomi. Dengan melakukan pengendalian yang benar, makaha zard
yang terdapat dalam setiap proses produksi dapat diminimalkan. Aktivitas
industri memang rentan terhadaphazard danri
sk yang selalu membayangi setiap pekerja. Salah satu industri yang
sedang menjamur ini adalah industri otomotif. Permintaan kendaraan di Indonesia
yang meningkat, juga meningkatkan permintaan terhadap produk dan pekerja
industri otomotif.
Industri perakitan mobil adalah salah
satu bagian dari industri otomotif yang bertugas menjalankan produksi pembuatan
body mobil, pengelasan, pengecatan, perakitan komponen dan assesoris mobil,
pengecekan kembali dan pendistribusiannya kepada masyarakat. Industri perakitan
mobil yang sangat berkembang akhir-akhir ini di Indonesia, memiliki proses yang
banyak dan bervariasi dan pekerja dalam industri ini selalu berhadapan dengan
bahaya dari prosesperorangan dan langkah-langkah safety yang relevan denganha
zard yang ada, sesuai dengan proses alur dalam siklus produksi industri
perakitan mobil (ILO, 1998).
Karena memiliki hazard dan risk yang beragam dan tak terhitung jumlahnya, maka perlu dilakukan upaya
pengendalian dengan sistem managemen K3 dalam setiap proses produksi industri
perakitan mobil. Diharapkan dengan sistem managemen K3 yang baik, tak hanya
menguntungkan pekerja sebagai objekha zard danrisk
tetapi juga menguntungkan perusahaan karena dapat meminimalisasi
kerugian-kerugian yang timbul akibat kehilangan aset-aset perusahaan,
kehilangan pekerja yang terampil dan tercemarnya lingkungan pabrik akibat
limbah yang tidak ditangani dengan baik.
1.2 Permasalahan
Potensi bahaya yang selalu membayangi pekerja di industri
perakitan mobil harus diminimalisir agar loss tidak terjadi. Mengidentifikasi bahaya
melalui flow process setiap
produksi merupakan hal yang penting dilakukan agar pelaksanaan K3 dalam
perusahaan dapat berjalan lancar. Namun, karena keterbatasan pengetahuan dan
informasi, banyak pekerja yang tidak mengetahui bahaya apa saja yang telah
mereka dapat sewaktu bekerja. Oleh karena itu, pihak perusahaan sebaiknya
bertindak tegas dalam memegang prinsip K3 di setiap alur proses produksi. Untuk
itu penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian terhadap potensi bahaya
yang berisiko dalam proses produksi industri perakitan mobil. Selain itu, diharapkan
hal ini dapat menjadi perhatian perusahaan untuk meningkatkan upaya
pengendalian sehingga menurunkan angka kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja.
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui
potensi-potensi bahaya yang dapat terjadi pada industri perakitan mobil. Tak
hanya itu, sebagai ahli keselamatan dan kesehatan kerja, juga perlu
mengidentifikasi dampak kesehatan apa saja yang terjadi bila pengendalian K3
dalam industri perakitan mobil tidak dilaksanakan.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat bagi mahasiswa adalah dapat
menerapkan ilmu yang dipelajari di bangku kuliah, serta dapat meningkatkan
wawasan dan informasi mengenai seluk beluk industri perakitan mobil.
Manfaat bagi industri perakitan mobil, selaku objek penelitian,
adalah dapat mengevaluasi kinerja perusahaan dalam pelaksanaan prinsip K3.
Karena dengan menerapkan prinsip K3 yang baik maka akan menurunkan
kerugian-kerugian akibat rusaknya aset-aset perusahaan, penyakit yang timbul
pada pekerja, dan lingkungan sekitar yang tercemar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Flow Process Industri Perakitan Mobil
Dalam industri otomotif, khususnya pembuatan mobil, umumnya
melakukan produksi pembuatan komponen mesin (casting danengine) dan pembuatan
serta perakitan body mobil. Yang akan dibahas dalam makalah ini hanyalah
pembuatan dan perakitan body mobil. Di bawah ini adalah bagan flow process
perakitan body mobil yang dilakukan industri otomotif pada umumnya.
2.1.1 Pressing / Stamping
Proses ini dimulai dengan penerimaan
material-material body mobil dari berbagai supplier dengan design yang telah
direncanakan sesuai dengan kebutuhan konsumen, sehingga tepat guna dan berlaku
secara komersial. Pada prosesstamping terjadi proses pengepresan pembuatan body
mobil, seperti tangki bahan bakar, kerangka mobil, dan komponen-komponen
subassembly seperti kabin, dek, dan rangka chasis. Proses utama daristamping
adalah memproduksi body mobil dengan proses pencetakkan dari plat baja dengan
menggunakan mesin press bertenaga ribuan ton yang kemudian akan dikirim ke
bagianweld ing untuk disatukan
menjadi body kendaraan utuh.
Untuk menghasilkan komponen body mobil yang berkualitas
tinggi diperlukan presisi yang tinggi dan bahan dasar berkualitas tinggi. Untuk
memproduksi suatu cetakan yang berkualitas baik, dapat digunakan teknologi
komputer terbaru serta peralatan tercanggih dan juga harus dioperasikan oleh
para profesional di dalam sistem managemen kerja yang modern. Bahan baja dan
biji besi terpilih yang berkualitas tinggi juga harus digunakan agar produk
yang dihasilkan dapat bersaing secara internasional.
2.1.2
Welding
Pada bagian ini, part-part mobil yang sudah dipres digabung menjadi
sebuah kerangka mobil melalui suatu pengelasan yang menggunakan alat spot
welder. Proses welding merupakan
proses pembuatan body kendaraan melalui beberapa tahapan proses seperti body welding, metal finishing, dan frame welding.
1.
Proses Body Welding
a. Pembuatan body
kendaraan dimulai dengan pembentukan beberapa jenis sub assy panel sampai
menjadi panel utuh. Pembentukkan dilakukan dengan menggunakan peralatan welding
gun dengan metode las titik (spot welding), lasbrazing (oxy-acetilene), las
argon dan las CO2, selain itu terdapat pula proseshamming (pelipatan sisi plat
untuk jenis pintu).
b. Setelah panel
terbentuk, maka langkah selanjutnya adalah menggabungkan beberapa panel yang
telah menjadi utuh. Proses yang dilakukan sebagai berikut: Proses persiapan sub
assy: font floor, reat floor, panel dash, engine comportment, under body, frontat
au reat door RH/LH dan body side RH/LH. Proses main body: penggabungan beberapa
panel mulai dari under body assy, body assy,dan roof menjadi sebagian body.
Prosesf itting: pemasangan beberapa panel seperti, engine door, back door,
font/rear doorda n fender sehingga terbentuklah body kendaraan secara utuh.
Setelah body kendaraan terbentuk maka body diteruskan ke proses metal finish.
Pada proses ini dikerjakan penggerindaan, pengamplasan, dan perbaikan panel
body kendaraan ex proses body welding.
2. Proses Metal Finishing
a.
Pengamplasan di metal finish terdiri dari 3 tahap, yaitu:
1. Gerinda batu kasar, untuk
memperbaiki bekas las CO2, las kuningan dan spot
tajam.
2. Gerinda
sandisc, untuk menghaluskan ex gerinda batu.
3. Amplas, untuk menghaluskan bekas
gerinda.
b. Setelah mengalami proses ini, maka
proses selanjutnya adalah persiapan proses painting.
3.
Proses Frame Welding
Dalam proses ini dikerjakan pemasangan
kerangka/chassis kendaraan. Proses ini menggunakan peralatan las CO2. Setelah
frame terbentuk, maka proses selanjutnya adalah persiapan Black Dipping Chassis
(pencelupan cat hitam). Dampak lingkungan yang ada sama dengan proses bodywel ding.
Tahapan prosesweldi ng
antara lain, pos sub jig, pos main jig, posroll ing, pos inspeksi (pengecekan),
proses pencucian, oven, pendinginan, black dipping, penirisan, dll.
2.1.3
Painting
1. Pre treatment
chamber, terdiri dari 8 bak
a. Pre degreasing,
tujuannya untuk membersihkan oli agar cat yang dihasilkan bagus.
b. Degreasing,
tujuannya untuk membuang seluruh lemak yang menempel di badan mobil.
c. Rinsse I, bak ini
berisi air pam. Tujuannya untuk pembilasan dan menghilangkan senyawaridhol in
yang melekat pada badan mobil.
d. Activation, bak ini
berisif ixodin + demin water. Tujuannya untuk menghaluskan lapisan metal.
e. Phospating,
tujuannya untuk memasang lapisanzi nc (anti karat) dengan cara melapisi badan
mobil denganphospat. Air pada bak ini berwarna hijau.
f. Rinse II, bak
ini berisi demin water, tujuannya untuk pembilasan. Demin water (demineralized
water) adalah air pam yang kandungan mineralnya sedikit karena telah melalui
proses ionisasi.
g. Passi vation, bak
ini berisidioxilite (chemical) berbentuk gel. Tujuannya untuk menyempurnakan
lapisanphospat.
h. Rinse III, bak ini
berisi air demin water yang tujuannya untuk pembilasan
2. Walting
Elektrodyalisis Deck
Pada bagian ini dilakukan penirisan, tujuannya agar air yang tersisa
pada pencucian bak 8 (Rinse III) tidak banyak yang masuk ke proses selanjutnya,
yaitu tahapelektrodyali si s, untuk mencegah banyaknya kontaminan yang
masuk.Walt ing Elektodyalisis deck dilakukan dengan cara mobil digantung
menggunakan hanger.
3. Elekrodyalisis/
Elaktrodipping
a. Elekrodyalisis
main tank, pada bagian ini dilakukan pelapisan cat.
b. UF ( Ultra Filtrate ) Rinse I, pada
bagian ini dilakukan pembilasan menggunakan demin water.
c. UF ( Ultra Filtrate ) Rinse II, pada
bagian ini proses yang dilakukan sama dengan UF Rinse I.
d. Final,
pada bagian ini juga dilakukan pembilasan untuk ketiga kalinya dengan
menggunakan demin water.
4. OvenSebelum dimasukkan ke
oven, mobil dikeringkan terlebih dahulu dengan cara diblow.
Tujuannya untuk meletakkan base coat ED
5. Sealer
Pada proses ini dilakukan penutupan
sambungan plat-plat metal body dengan menggunakan karet sintetik, yaitu terolan
dengan tujuan agar tidak terjadi kebocoran pada mobil saat hujan.
Pengoperasianseale r dengan menggunakan metode gun, yaitu dengan cara ditembak.
Ada cara pengetesanseale r, yaitu orisinil, spatula, dan kuas.
6. Under Body Spray
(UBS)
Proses yag dilakukan di UBS ntinya sama saja dengan proses yang
dilakukan di sealer, namun bedanya adalah UBS dilakukan untuk menahan kebocoran
pada bagian bawah mobil dan juga untuk mencegah terjadinya pengkaratan.
7.
OvenDilakukan pemanasan selama beberapa menit dengan
temperatur di atas 100 Celcius
Tujuannya untuk mengeringkan dan
melekatkan sealer body mobil dari proses sebelumnya.
8. Wet Sanding
Pada proses ini body mobil dilakukan pengamplasan dengan
cara dilap untuk
menghilangkan
kotoran dan agar daya lekat cat bagus
9. Pre Sanding
Pada proses ini terdiri dari beberapa
pos, body mobil dilakukan pencucian, pengamplasan menggunakan amplas. Tujuannya
menghaluskan body mobil dan melihat ada/tidaknya defect.
10. Oven
Dilakukan pemanasan dengan menggunakan temperatur di atas 100oC.
Tujuannya
untuk mengeringkan dan menghilangkan sisa pengamplasan
11. Tag Rack
Terdiri dari beberepa pos, dimana
pekerjaan yang dilakukan adalah memblow, pengelapan dengan solvent menggunakan
kain lap untuk menghilangkan kotoran dan sisa pengamplasan.
12. Spray Booth
Pengecatan akhir dengan cara di-spray
dan juga terdiri dari dari beberapa pos. Pos untuk mobil passenger lebih banyak
dibandingkan pos mobil komersil, karena mobil passenger mengalami proses
primer, base coat, dan clear coat.
13. Oven
Dilakukan pemanasan dengan suhu di atas 100oC selama
beberapa menit
14. Rectification
(Touch Up)
Dilakukan pemeriksaan secara keseluruhan pada body mobil
untuk melihat apakah ada defect pengecatan. Jika kondisi mobil dinyatakan bagus
selanjutnya diteruskan ke bagian assembling
2.1.4Assembly
Setelah body dinyatakan baik dan selesai dari proses pengecatan menurut
kriteria
tertentu, maka tahap pemasangan mesin dan assesoris segera dilakukan.
Assesoris yang dimaksud adalah kelengkapan
kendaraan seperti, lampu, kaca, kabel- kabel, panel-panel, instrument serta
kelengkapan lain sesuai jenis kendaraan antara lain:
1.
Triming, pada tahap ini dilakukan
pemasangan interior mobil seperti dashboard, plavon, sabuk pengaman, dan kaca.
2.
Chassis, pada tahap ini dilakukan
pemasangan peralatan pada bagian atas dan bawah mobil, seperti engine excel,
engine drop, saluran bensin dan mesin.
3.
Final, pada tahap ini dilakukan
pemasangan steel pintu, steel lampu, pengisian bahan bakar dan pengisian minyak
rem. Selain itu juga pemasangan assesoris lain seperti, bumper, roda, dll.
Sekarang ini penggunaan robot pada prosesassembly sedang mengalami
pertumbuhan yang pesat karena dapat meningkatkan beberapa proses operasi
assembly. Setelah final assembly, mobil siap untuk dites. Inspection dilakukan
sebatas untuk roller test pada sebuah roller bed (dimana ventilasi sangat
penting dimiliki untuk mengeluarkan asap) atau dapat memasukkan track trials, air
dan penghisap debu, serta road trial di luar pabrik.
Untuk memastikan bahwa mobil yang dihasilkan berkualitas
tinggi, dalam industri otomotif
terdapat operasi khusus yaknii nspection dan test track. Beberapa tahap yang dilaksanakan, yaitu
1.
Delivery, pada tahap ini dilakukan
pengecekan terhadap mobil apakah terdapat defect.
2.
Leak test, pada tahap ini
dilakukan uji kelayakan keseluruhan body mobil dengan proses penyemprotan air
untuk melihat apakah ada kebocoran pada mobil.
3.
Test track, pada tahap ini dilakukan
pengetesan terhadap kecepatan mobil dan bagaimana kondisinya di jalan.
Pengetesan ini dilakukan oleh seorang driver.
Test driver juga memudahkan dalam memeriksa berbagai macam stress
psikologi
seperti keras tidaknyaac celeration dandecele ration (perlambatan),
goncangan
dan getaran, karbon monoksida dan keluaran asap, bising, melakukan cek delivery
inspection pada lingkungan dan iklim atau cuaca yang berbeda agar
menghasilkan
produk yang berkualitas.
2.2 Potensi Bahaya
dan Dampak Keselamatan dan Kesehatan
Potensi bahaya yang terdapat dalam
industri perakitan mobil sangat beragam dan bervariasi. Sesuai dengan flow process industri ini, maka potensi
bahaya dan dampaknya terhadap keselamatan dan kesehatan pekerja adalah sebagai
berikut:
2.2.1 Pressing / Stamping
Potensi bahaya utama pada proses stamping adalah
bahaya mekanik yaitu terjepit dan terpotong, khususnya pada tangan yang
berisiko terkena mesin press. Dampak yang terjadi adalah bagian tubuh yang
terkena tersebut akan mengalami luka, amputasi bahkan kematian pada pekerja. Selain tangan, kaki dan leher
juga akan terkena
cedera akibat terkena potongan logam dari proses pressing. Tak hanya itu, terdapat juga bahaya ergonomik
yang muncul, berupa aktivitas mengangkat (lifting) plat baja yang telah dipress untuk dipindahkan ke tahap selanjutnya.
Pekerjaan ini dapat menyebabkan MSDs atau musculuskeletal disorders, low back pain, dan lain- lain.
2.2.2 Welding
Setelah proses pressing,
lembaran-lembaran baja dirakit menjadi beberapa sub-group part body mobil dengan melakukan transfer elektrik pada mesinweldi ng. Selama proseswelding, pekerja akan terkena pajanan yang
besar pada penglihatannya, terkena radiasi sinar ultraviolet, inhalasi gas
pembakaran, uap dari pengawetan asam, asap logam, dan terpajan gas-gas dari
lapisan elektroda seperti oksida, mangan, tembaga, zinc, besi, silika,
karbonmonoksida, nitrogen oksida, karbondioksida, ozon, dan lain-lain.
Potensi bahaya pada proses welding adalah bahaya kimia, fisik dan mekanik.
Bahaya kimia pada proses ini adalah asap logam, debu las logam, dan inhalasi
gas pembakaran dan gas dari lapisan elektrode. Asap logam pada welding dapat menyebabkan metal fume fever dan debu
las akan menyebabkan penyakit silikosis dan penyakit ISPA lainnya. Selain itu
pada tahapan metal finishing dalam proses welding,
penggerinderaan dan penajaman alat-alat juga berisiko menimbulkan pneumoconiosis dimana silikon karbida dan
alumunium oksida digunakan. Bahaya juga masih timbul dari ledakan roda gerinda
dan partikel-partikel yang terbang serta alumunium dari logam campuran. Dalam
proses solde ring dan grinding juga memproduksi timah yang berbahaya bagi sistem peredaran
darah serta sistem saraf pusat manusia.
Sedangkan bahaya fisiknya adalah percikan api, radiasi
sinar ultraviolet, bising, dan suhu
yang tinggi. Percikan api akan menimbulkan kulit tersengat, sedangkan radiasi sinar UV akan mempengaruhi indera penglihatan dan
dapat menimbulkan kanker kulit. Bising pada proses grinding/penggerinderaan
juga dapat mengakibatkan NIHL (Noise Induced
Hearing Loss) atau gangguan pendengaran lainnya.Bahaya mekanik yang dapat
timbul dariweldi ng adalah injury
akibat aktivitas penggerinderaan, pengamplasan dan perbaikan panel body. Tak
hanya itu, yang paling membahayakan keselamatan pekerja adalah risiko terjadinya injury pada
telapak tangan terpotong akibat aktivitas penggerindaan, kulit terluka akibat
aktivitas pengamplasan, dan lain-lain.
2.2.3 Painting
Dalam prosespainting, terdapat banyak
potensi bahaya kimia diantaranya terpajan oleh inhalasi toluene, xylene,
propylene, butyl, dan amyl asetat serta uap metil alkohol. Inhalasi dari
partikel-partikel cat juga harus diperhatikan pada beberapa cat yang masih
mengandung garam-garam dalam chromium dan timah. Timah ataulead merupakan
poison yang tetap exist dalam tetraetyl lead yang digunakan dalam leaded
gasoline. Timah dapat mengganggu peredaran darah, sistem pencernaan, dan sistem
saraf pusat termasuk otak. Selain itu, bila melakukan praktek autopsi akan
memperlihatkan terdapat kerusakan pada ginjal, liver dan sistem reproduksi
akibat terpajan timah. Pada tahapan spray booth, material yang digunakan
bersifatf lammable (mudah terbakar) yang juga merupakan potensi bahaya kimia.
Prosespainting juga mengeluarkan emisi berupa Limbah cair
yang mengandung merkuri, krom (Cr), kadmium, zinc dan timbal. Seperti yang kita
ketahui bahwa zat-zat tersebut sangatlah berbahaya, seperti merkuri yang dapat
mengganggu aliran darah sampai ke otak dan timbal juga dapat mengakibatkan
plumbism(
ganggua n gastro intestinal track) & anemia serta gangguan neuromuscular
system. Potensi bahaya fisik yang terdapat pada proses ini
adalah penerangan (lighting) yang buruk yang dimiliki oleh beberapa pabrik otomotif. Penerangan
yang buruk akan mengakibatkan gangguan pada indera
penglihatan, kelelahan mata dengan berkurangnya daya dan
efisiensi kerja, dan lain-lain.
2.2.4 Assem bly
Pada assembly shop terdapat
jalur-jalur conveyor yang membawa bagian- bagian yang telah melalui prosespaint
ing. Pekerja dalam proses ini melakukan satu jenis pekerjaan yang
berulang-ulang dan terbatas pada tiap mobil yang akan dibuat. Pada proses ini,
conveyor membawa body-body mobil hasilpainting satu per satu sepanjang jaluras
sembly, sehingga pekerja jarang berpindah-pindah tempat kerja. Proses-proses
ini menyebabkan kewaspadaan pekerja menjadi konstan sehingga terasa sangat
membosankan dan monoton.
Meskipun normalnya tidak mengeluarkan energi yang besar, dalam proses
assembly
pekerja selalu melakukan perubahan-perubahan postur tubuh, contohnya
saat
menginstall komponen di dalam mobil atau bekerja di bawah body mobil
(dengan telapak tangan dan lengan bawah di atas dan sejajar
dengan kepala).
Potensi bahaya dalam proses assembly sebagian besar
merupakan bahaya mekanik, fisik, ergonomik, dan psikologi. Bahaya mekanik yang
dapat terjadi diantaranya adalah injury pada kepala saat bekerja di bawah mobil
yang hampir utuh. Bahaya fisik berupa debu akibat partikel-partikel yang
beterbangan sisa proses sebelumnya yang dapat mengganggu sistem pernapasan
pekerja. Sedangkan bahaya ergonomik yang ada berupa terkena low back pain
karena melakukan pekerjaan mengangkat (lifting) dan dikerjakan berulang-ulang.
Sedangkan bahaya psikologi yang utama terjadi adalah stress kerja akibat
pekerjaan yang monoton terutama pada para pekerja usia muda. Hal ini terlihat
dari meningkatnya absen kerja pekerja muda dan kurangnya ketertarikan pekerja
tersebut karena sangat monoton.
2.3 Rekomendasi
Pengendalian
2.3.1 Pressing / Stamping
Upaya preventif yang harus dilakukan untuk
meminimalisasi bahaya mekanik dan ergonomik pada prosespressing adalah dengan
menggunakan machinery safe guarding atau penutup bagian mesin yang berbahaya,
pengendalian safety, sistem otomatis serta subtitusi alat dengan menggunakan
alat yang lebih aman, dan penggunaan APD seperti apron sebagai pelindung badan, dan APD lain
untuk memproteksi kaki, leher, lengan, dan telapak tangan.
Memberlakukan rotasi kerja dan menggunakan alat-alat
modern yang didisain secara otomatis untuk membawa benda- benda berat juga harus dilakukan pekerja untuk mengurangi aktivitas
mengangka
2.3.2 Welding
Potensi bahaya yang terdapat pada prosewelding berupa bahaya fisik, kimia, dan
mekanik. Untuk meminimalisasi dampak kesehatan dari proseswelding, perusahaan harus menyediakan
ventilasi yang baik, yaitu dengan menggunakan exhaust lokal sebagai alat untuk
membuang gas-gas hasilweldi ng ke
luar ruangan. Tak hanya itu, harus tersedia pula screen proteksi dan partisi
serta pekerja harus menggunakan APD seperti kacamata google, gloves, dan apron.
Subtitusi alat atau melakukan segresi yaitu memisahkan pekerja dengan alat
dengan jarak dan lama waktu bekerja juga harus dilakukan untuk meminimalisasi
dampak produksi timah yang dikeluarkan pada proses soldering dan grinding. Pekerja
las juga sebaiknya diberikan pelayanan kesehatan yang baik dengan melakukan
medical check-up secara periodik. Untuk mengurangi dampak suhu yang tinggi dari
prosesweldi ng, harus disediakan air
minum yang cukup dan tablet-tablet garam dapur di tempat kerja. Pada proses
metal finishing yaitu penggeridaan, pekerja sebaiknya menggunakan screen, serta
alat pelindung mata, muka, telinga dan saluran pernapasan. Untuk mengurangi
kebisingan dari prosesgrindi ng, pekerja juga harus menggunakan pelindung telinga
yang sesuai dengan besarnya bisin
2.3.3 Painting
Untuk mengurangi terjadinya pengecatan
yang berlebihan dan meningkatkan keamanan bagi karyawan direkomendasikan untuk
menggunakan pengecatan semi otomatis, dimana ruang pengecatan dilengkapi dengan
tangan-tangan robot yang bergerak fleksible. Hanya bagian-bagian yang sulit
saja dilakukan secara manual. Oleh karena itu diperlukan penerangan yang cukup,
berupa penyediaan jendela- jendela, dinding gelas dan lain-lain. Namun, pada
beberapa industri masih menggunakan sistem manual sehingga pengendalian bahaya
yang harus dilakukan adalah penggunaan APD seperti pelindung
saluran pernapasan, serta membuat larangan penggunaan
benzene sebagai solvent, mengurangi penggunaan air yang berlebihan
karena dapat meningkatkan limbah, eliminasi kandungan timah pada cat, dan meningkatkan mekanisme sistem modern padapainting yang sebenarnya dapat menghapuskan potensi
bahaya pada proses ini. Sifatf lammable pada spray
booth dapat dikendalikan dengan penempelan “No Smoking”sign di
sekitar spraying area dan di paint storage
room.
Untuk mengurangi produk yang gagal(re ject)
pada cat metalik, direkomendasikan
untuk menganalisa udara didalam ruangan pengecatan terutama untuk kadar fiber dan debu. Jika perlu, filter yang ada diganti dengan
tipe yang baru. Selain itu direkomendasikan pula untuk
mendiskusikan bersama-sama dengan suplayer, masalah
formulasi cat dan perubahan pada permukaan pengecatan dan kemungkinan modifikasinya. Ventilasi yang baik juga sangat diperlukan
untuk meminimalisasi panasnya ruangan sehingga tidak
terjadi dehidrasi, heat stress ataupun heat stroke. Tak hanya itu, untuk memberikan
penerangan yang cukup pada ruangan tempat kerja,
penyediaan lampu yang terang, jendela-jendela atau dinding gelas yang dibuat sedemikian rupa juga diperlukan untuk memberikan
penyebaran cahaya yang merata.
2.3.4 Assembly
Rekomendasi pengendalian yang harus dilakukan adalah
penggunaan APD yang baik agar terhindar dari bahaya mekanik. Seperti pemakaian
helmet sebagai pelindung kepala, penggunaan gloves agar jari tangan tidak
terjepit atau terpotong saat merakit body-body mobil, safety shoes yang dapat
melindungi telapak kaki dari komponen mobil yang terjatuh, bahkan penggunaan
masker juga diperlukan untuk melindungi saluran pernapasan pekerja dari debu
partikel yang beterbangan sisa dari proses sebelumnya. Untuk mengatasi
kejenuhan pekerja akibat pekerjaan yang monoton, perusahaan sebaiknya melakukan
rotasi job desk masing-masing pekerja pada bagian assembling. Rotasi dapat
dilakukan minimal setiap enam bulan sekali agar pekerja dapat menyesuaikan diri
dengan job desk barunya.
Referensi : smkpungging
LIHAT JUGA :
managemen k3, manajemen k3 angkatan darat, manajemen k3 angkatan laut, manajemen k3 angkatan udara, manajemen k3 teknik sipil, teknik elektro, teknik komputer, kesehatan, olahraga, gizi, kimia dan obat-obatan, peralatan keamanan dan alat kerja